Sejumlah pemudi menarikan tari Manortor pada gelar pertunjukan seni batak toba "Gondang Naposo" di Gelanggang Olahraga Velodrome, Jakarta, Sabtu (26/1). Selain sebagai ajang silaturahmi warga batak toba di Jakarta pertunjukan ini juga bertujuan untuk mengenalkan seni budaya batak toba pada generasi muda.
Pada masa lalu, adat Batak mengharuskan anak gadis menikah dengan pariban (sepupu kandung). Tiomina, gadis asal Tarutung dipaksa meninggalkan sang kekasih dan menikah dengan paribannya.
Pernikahan mereka tidak berjalan dengan baik. Tiomina pun akhirnya jatuh sakit. Tak lama kemudian, Tiomina menghembuskan napas terakhir, dan sang kekasih akhirnya bunuh diri.
Kisah tragis Tiomina dan sang kekasih itu dikemas dalam drama Siboru Napinaksa, sebagai bagian acara Gondang Naposo di Gelanggang Olahraga Rawamangun, Jakarta Sabtu (26/1) malam. Acara yang untuk pertama kali diadakan di Jakarta adalah hasil kerja sama Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dan Perkumpulan Komunitas Batak Toba se-Jabodetabek.
Acara ini dihadiri ribuan muda-mudi Batak Toba se-Jabodetabek. Ketua bidang Musik DKJ Erik Awuy mengatakan Gondang Naposo diselenggarakan untuk memperkenalkan budaya Batak Toba pada generasi muda Batak. "Acara ini diadakan agar semua komunitas dapat berkembang dan budaya Indonesia tetap lestari," kata Erik.
Menurut Ketua Panitia Gondang Naposo Cerman Simamora, pertunjukan musik tradisi Batak Toba itu sejak tahun 1980-an tidak pernah diselenggarakan, baik di Tanah Batak maupun di kota-kota tempat perantauan orang Batak. Hal ini, ujarnya, akibat modernisasi yang kuat mempengaruhi masyarakat Batak khususnya anak muda Batak.
"Saya prihatin karena banyak pemuda Batak perantauan tidak mengetahui kebudayaan Batak. Bahasa Batak pun mereka tidak bisa. Kami mengharapkan dengan acara ini masyarakat Batak yang tinggal di perantauan khususnya Jakarta mau mengetahui, mengenal dan berpartisipasi mengembangkan budaya Batak," kata pengajar sejarah tradisional di Batak Institut Kesenian Jakarta (IKJ) kepada SP.
Gondang Naposo adalah pesta adat yang ditunggu-tunggu muda-mudi. Di momen ini, muda-mudi dari berbagai desa berkenalan. Mereka bernyanyi (marende), menari (manortor), berbalas pantun (umpama), bermain musik (gondang hasapi), bermain drama mini (opera) dan lain-lain. Bahkan dalam acara yang diadakan ketika terang bulan itu, tidak jarang mereka menemukan pasangan hidup.
Gondang Naposo biasanya dilakukan saat seorang pemuda atau pemudi akan melepas masa lajang, dan saat masyarakat kampung memperoleh hasil panen yang baik.
Cinta Tradisi
Diharapkan, Gondang Naposo menumbuhkan rasa cinta dan kebanggaan terhadap tradisi Batak dan kecintaan pada Bona Pasogit (kampung halaman). Ceman juga mengharapkan, para generasi muda dapat melihat nilai-nilai tradisi Batak dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Seperti, menghormati orangtua dan mengenal silsilah sebutan keluarga Batak.
Pada pertunjukan itu, bukan hanya drama Siboru Napinaksa yang ditampilkan. Ada juga tiga opera yang dibawakan dengan tarian, yaitu opera perkawinan, opera terang bulan, opera panen. Ditampilkan pula tiga tari tradisional Batak, seperti Tari Cawan, Tari Panen dan Tor-Tor. Acara juga dimeriahkan, pertunjukan musik dan lagu tradisional Batak seperti Tulo-Tulo dan Seko-Seko yang dinyanyikan puluhan anak.
Musisi Batak Viki Sianipar yang berkolaborasi dengan anggota Elfa Singers, Lita Zen Siahaan boru Sihombing mengatakan, acara ini baik untuk memperkenalkan tradisi Batak pada generasi muda.
Sumber : www.suarapembaharuan.com
`Gondang Naposo` Terang Bulan Muda-mudi Batak
Blog, Updated at: 10.21
Contoh Blog
0 komentar:
Posting Komentar